Life Skill

Pendidikan Kecakapan Hidup

Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Kecakapan hidup tidak hanya ditentukan oleh bakat yang dibawa seseorang sejak dilahirkan. Bakat dapat dipelajari dan ditemukan selama seseorang memiliki kemauan untuk meraihnya. Inilah yang disebut dengan pengalaman hidup (Depdiknas).
Kesuksesan seseorang sangat ditentukan oleh kemampuan yang diperlukan untuk mengarungi kehidupan, apa pun profesinya. Realita di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua orang yang berpendidikan tinggi sukses menghadapi kehidupan. Tidak sedikit pula orang yang tidak memiliki pendidikan tinggi tetapi berhasil mengarungi jalan hidup dan kehidupan. Hal ini dapat terjadi karena seseorang mampu menggali potensi yang ada dalam dirinya dan mampu membaca dan mendalami lingkungan tempat mereka berada. Ini merupakan salah satu indikasi adanya kecakapan hidup yang telah dimiliki seseorang.
Kecakapan hidup dibedakan menjadi empat (4) macam, yakni: kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. kecakapan personal meliputi kecakapan kesadaran diri dan kecakapan berpikir rasional. Kecakapan kesadaran diri merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, angota masyarakat dan warga Negara, serta menyadari dan mensyukuri segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Kecakapan berpikir rasional merupakan (Depdiknas).
Kecakapan berpikir rasional mencakup 1) kecakapan menggali dan menemukan informasi, 2) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan, 3) kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.
Kecakapan akademik pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir rasional. Jika kecakapan berpikir rasional masih bersifat umum, pada kecakapan akademik sudah lebih mengarah pada kegiatan yang bersifat akademik.
Kecakapan akademik mencakup antara lain kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannnya dengan fenomena tertentu, merumuskan hiotesia terhadap suatu rangkaian kejadian, serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keinginan. Kecakapan akademik sering disebut juga kemampuan berpikir ilmiah.
Kecakapan sosial mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerja sama. Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah perlu ditekankan karena yang dimaksud dengan komunikasi di sini bukan hanya sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan diserta dengan kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis.
Kecakapan vokasional, sering juga disebut dengan kecakapan kejuruan. Artinya kecakapan yang langsung dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang ada di masyarakat.
Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik untuk menghadapi problema kehidupan. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh melalui pembelajaran yang bermakna. Cirri-ciri pembelajaran yang bermakna tercermin melalui standar kompetensi lulusan dari setiap jenjang pendidikan.
Beberapa contoh yang dapat dibicarakan dalam bab ini di antaranya kemampuan mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan jiwanya. Berangkat dari kompetensi ini, maka pembelajaran agama harus mampu membawa anak untuk mengamalkan agama, dan tidak sekedar belajar tentang teori agama, menghafalkan bacaan sholat, menghafalkan rukun iman, dan sebagainya.
Kompetensi lain misalnya kemampuan memahami kelebihan dan kekurangan dirinya. Melalui kompetensi ini diharapkan siswa memahami kelebihan apa yang ada dalam dirinya sehingga mampu mengembangkan kelebihannya untuk menghadapi problematika kehidupan. Peserta didik juga perlu dibekali pemahaman tentang kekurangannya masing-masing. Hal ini sangat penting karena dengan penyadaran akan kekurangannya peserta didik tidak salah dalam menentukan jalan hidupnya.
Dengan demikian, gambaran sederhana dari konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup adalah pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik menuju ke dunia nyata sehingga peserta didik mampu menghadapi problematika kehidupan. Pembelajaran Matematika yang seharusnya dikuasai peserta didik adalah matematika yang mampu mengantarkan peserta didik untuk mengunakan matematika dalam mengatasi problem hidupnya. Pendidikan Bahasa Indonesia yang seharusnya dikuasai peserta didik adalah keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, bukan sekedar pengetahuan berbahasa.
Terlebih lagi dengan pembelajaran Bahasa Inggris. Sudah saatnya peserta didik dibawa menuju arah keterampilan berbahasa dengan Bahasa Inggris. Mealui keterampilan berbahasa Ingris peserta didik diharapkan mampu menggunakan bahasa Inggris sebagai sumber dan bekal hidupnya kelak. Demikian pula mata pelajaran-mata pelajaran yang lain, semuanya harus mampu membawa peserta didik mengarah pada dunia kerja.
Sejauh mana lembaga pendidikan setingkat SMP harus mengantarkan peserta didik ke arah kecakapan hidup? SMP merupakan lembaga pendidikan dasar setingkat di atas Sekolah Dasar. Sebagai sekolah yang berada di level dasar, maka tugas SMP adalah mengantarkan peserta didik ke jenjang kecakapan generik, yang meliputi kecakapan personal dan kecakapan sosial. Kedua kecakapan tersebut mutlak dikembangkan di lembaga pendidikan tingkat dasar. Sementara itu, jenjang SMA berkewajiban mengembangkan kecakapan akademik dan SMK mengembangkan kecakapan vokasional.
Realita di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua siswa lulusan SD dan SMP melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Beberapa data yang dapat dipercaya menunjukkan bahwa lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi masih relatif tinggi. Oleh karena itu, perlu dirancang yang lebih matang konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup ini.
Meskipun kecakapan vokasional mutlak harus dikembangkan di jenjang SMK, tidak boleh menutup mata bahwa pada jenjang SD, SMP, dan SMA juga harus sudah dikembangkan kecakapan vokasional tertentu yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Setiap sekolah harus memiliki guru yang memiliki kompetensi untuk mengambangkan kecakapan vokasional peserta didik.
Sebagai gambaran, SMP 2 Kalibaru yang didirikan di lingkungan agraris menuju industri, sudah selayaknya jika di SMP 2 Kalibaru dilengkapi dengan sarana penunjang pengembangan kecakapan vokasional keindustrian, semisal bengkel, tata busana, serta kegiatan industri sederhana lainnya.

0 Response to "Life Skill"

Posting Komentar