Artikel


PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Oleh: Sarwito, S.Pd.

Sebagai bangsa yang berbudaya, kita dibesarkan oleh lingkungan kita dengan berbagai selogan dan petuah hidup yang adiluhung. “Kebersihan pangkal kesehatan.” atau “Kebersihan sebagian dari iman.” Kedua petuah ini sudah kita kenal sejak kita duduk di bangku Sekolah dasar. Bahkan, di sudut-sudut ruang kelas, di pinggir jalan, dan di tempat-tempat umum kata-kata tersebut terpampang dengan rapi dan indah. Ironis memang, bangsa yang bangga dengan budayanya ini ternyata tak mampu lagi mengimplementasikan kebanggannya. Kesan kumuh dan jorok tersaji secara transparan di berbagai tempat dan sudut-sudut kota.
Sehat adalah kebutuhan setiap insan. Tak satu pun yang berkehendak hidup tanpa menyandang tubuh dan jiwa yang sehat. Meskipun harta melimpah, rumah megah, mobil mewah tetapi jika jiwa dan raga sakit hidup seperti tak ada artinya. Nur Cholis Huda, dalam bukunya berjudul “Membina Keluarga Sakinah” menyatakan, “Orang bisa membeli rumah yang megah, tetapi orang tak dapat membeli rumah tangga yang bahagia. Orang bisa membeli tempat tidur yang mewah, tetapi orang tak dapat membeli tidur yang nyenyak. Orang bisa membeli obat yang mahal, tetapi orang tidak dapat membeli hidup yang sehat.” Petuah ini mengingatkan kepada kita bahwa sehat memiliki kedudukan yang amat strategis dalam menciptakan keluarga yang bahagia.
Perilaku hidup bersih dan sehat harus dimulai dari diri sendiri. Sebenarnya tidak hanya perilaku bersih dan sehat, tetapi semua kebaikan itu harus dimulai dari diri sendiri dan mulai saat ini juga, tanpa harus menunda-nunda.  Selanjutnya, perilaku hidup bersih dan sehat akan mengimbas kepada anggota keluarga, kepada teman, dan akhirnya kepada semua yang ada di sekitar kita.
Untuk menciptakan kesadaran akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat sebenarnya dapat dilakukan dengan optimalisasi fungsi UKS di setiap sekolah. UKS sebagai salah satu bentuk investasi di bidang kesehatan memiliki fungsi untuk: 1) melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah, 2) menyelenggarakan pelayanan kesehatan di sekolah, dan 3) menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat (Trias UKS). Jika ketiga fungsi ini dapat dioptimalisasi, untuk menciptakan kesadaran akan perilaku hidup bersih dan sehat dapat diciptakan.
Menjaga dan memelihara lingkungan adalah tugas bersama seluruh warga masyarakat. Di sekolah, menjaga dan memelihara lingkungan sekolah menjadi tugas bersama seluruh warga sekolah mulai Kepala Sekolah, Guru dan karyawan, serta seluruh siswa. Masih sering dijumpai anggapan bahwa menjaga dan memelihara lingkungan sekolah adalah tugas Pak Kebun atau penjaga sekolah. Anggapan ini harus segera dikikis habis agar tumbuh dalam diri setiap warga sekolah, khususnya siswa, akan pentingnya menjaga lingkungan, khususnya lingkungan sekolah.
Langkah pertama yang harus diambil terkait masalah lingkungan adalah adanya keteladanan dari pengelola sekolah. Efektifitas setiap kegiatan sangat bergantung akan adanya keteladanan dari pemegang kebijakan. Jangan berharap hukum akan tegak di negeri ini jika penegak hukum tidak dapat dijadikan suri teladan. Jangan berharap siswa mampu menulis puisi jika guru tidak pernah menulis puisi. Jangan berharap siswa mampu menciptakan lingkungan yang bersih jika guru jorok dan tidak peduli akan lingkungan sekitarnya.
Program sekolah Adiwiyata sebenarnya memberikan harapan dan janji yang menggembirakan terkait masalah lingkungan. Sayangnya tidak banyak sekolah yang  benar-benar menjalankan program ini. Bahkan, sekolah yang sudah didanai oleh pemerintah untuk menyelenggarakan rintisan sekolah Adiwiyata masih banyak yang belum membuahkan hasil. Oleh karena itu, peran pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan, agar program sekolah Adiwiyata tidak hanya terbatas pada sekolah-sekolah tertentu tetapi juga mengimbas di sekolah-sekolah lain yang bisa jadi lebih potensial untuk berkembang.
Hampir di setiap sekolah mengalami problem yang sama tentang sampah. Problem ini sebenarnya dapat diatasi dengan baik jika sekolah memiliki program yang jelas tentang pengelolaan sampah di sekolah. Guru pengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam harus mampu menciptakan kegiatan yang mampu mengubah sampah organik menjadi pupuk. Selain bermanfaat mengatasi masalah sampah, program ini juga mampu mendatangkan keuntungan secara finansial bagi sekolah. Saat ini kebutuhan petani akan pupuk organik relatif tinggi. Selain harganya terjangkau, pupuk organik relatif aman terhadap lingkungan.
Bagaimana dengan sampah unorganik? Secara umum, sampah unorganik masih banyak yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis barang kerajinan yang bernilai seni. Sampah-sampah plastik, yang sebagian besar terdapat di sekolah, merupakan sumberdaya yang potensial untuk pengembangan industri kerajinan. Jika mendapatkan pembinaan yang maksimal, para siswa mampu mengubah sampah yang tak bernilai itu menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Untuk menyelamatkan kehidupan, tak perlu ada yang harus ditunda-tunda lagi. Berangkat dari diri sendiri dan berangkat dari saat ini kita harus menyelamatkan amanah yang diberikan oleh Allah swt. Isu tentang pemanasan global (Globall Warming) bukannya tidak mungkin akan terjadi. Satu hal yang perlu kita renungkan bersama adalah “Jika ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain, maka berbuat baiklah kepada orang lain. Jika ingin disenangkan oleh anak, maka senangkan terlebih dahulu hati anak. Jika ingin memperoleh kesenangan dari Tuhan, maka senangkanlah hati Tuhan dengan menjaga amanat yang telah diberikan kepada kita.”


0 Response to "Artikel"

Posting Komentar